Breaking News

Penjelasan BMKG tentang Penyebab-Dampak Gempa Tuban

 


Surabaya, reporter.web.id - Gempa bumi susulan di Tuban masih terjadi. Namun, memiliki intensitas yang lebih rendah dibanding sebelumnya.

Berdasarkan peta distribusi gempa bumi Bawean tanggal 23 Maret 2023 hingga pukul 17.42 WIB terjadi 183 gempa bumi. Seluruhnya memiliki magnitudo dan waktu yang berbeda.

Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono mengatakan dengan memperhatikan hiposenter dan episenter, gempa Tuban tersebut merupakan gempa kerak dangkal atau shallow akibat sesar aktif di dasar Laut Jawa dengan mekanisme gerakan geser mendatar. Selain di Bawean dan Tuban, terdampak guncangan dirasakan hingga ke sejumlah kawasan di Jatim hingga Jateng.

"Gempa Bawean ini rangkaian gempa di Laut Jawa, sampai 20.30 (22/3/2024) hasil monitoring ada 64 kali mulai 2.7 sampai 6.5 M," kata Daryono saat konferensi pers, Sabtu (23/3/2024).

Daryono menyatakan gempa susulan pada Jumat (22/3) sore cukup tinggi karena proses dalam sistem sesar tentu memiliki faktor yang berbeda. Bisa jadi, lanjut dia, ada bagian yang rapuh, sehingga mampu men-trigger atau mempengaruhi dan terjadi deformasi dan melepaskan energi yang lebih besar.

"Sehingga bisa menyebabkan gempa yang lebih besar, tergantung batuan di titik gempa atau tempat tersebut. Karena menentukan tipe gempanya, tidak harus diawali dengan gempa utama, susulan, dan lain sebagainya," ujarnya.

Menurut Daryono, gempa di Tuban memang berdampak pada sesar yang berusia tua. Menurut para ahli, zona itu merupakan jalur Meratus.

"Ahli belum memutuskan (secara pasti apakah dapat membentuk sesar-sesar patahan dan ada kemungkinan volume air naik usai gempa), tapi kami masih teliti gempa ini dan memonitor gempa susulan. Kami akan memodelkan orientasi sesar seperti apa, arahnya seperti apa, dan lain-lain. Nanti akan disampaikan kepala pusat terkait survei di daerah untuk melengkapi data, sehingga nanti saat aktivitas sesar itu bisa teramati dari jejak-jejak gempa yang ada," tuturnya.

Ketika disinggung apakah gempa tersebut disebabkan slab pull activity ataupun aktivitas pertambangan di sekitarnya, ia menyatakan tidak ada pengaruhnya. Sekalipun ada, ia memastikan hanya kecil sekali kemungkinannya.

"Karena kalau kita melihat info itu ada di 11 sampai 12 km di bawah permukaan laut, kecuali di dalam medan tekanan di tempat ada retakan, sehingga tekanan akumulasi energi itu maksimum dan terjadi pergeseran tiba-tiba, faktor-faktor yang ada dalam tektonik murni dalam tektonik," katanya.

Oleh karena itu, Daryono merekomendasikan kepada masyarakat yang terdampak agar tetap tenang dan tidak termakan isu-isu yang tidak bisa dipertanggungjawabkan. Ia mengimbau agar warga menghindari bangunan yg rusak atau retak, serta pastikan terlebih dulu bangunan yang dihuni tetap dalam kondisi aman. (red.R)

© Copyright 2022 - REPORTER.WEB.ID | Jaringan Berita Reporter Hari Ini