Jakarta,    reporter.web.id     - Kementerian Kesehatan RI memastikan penyebaran nyamuk wolbachia untuk mengatasi kasus demam berdarah dengue (DBD) efektif dan sudah melalui penilaian para ahli termasuk Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Pemerintah bahkan melakukan riset penyebaran nyamuk wolbachia tersebut sejak 2011 hingga 2015.

Hasil penelitian terbilang sangat signifikan. Misalnya kasus DBD di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul. Pasca nyamuk berwolbachia disebar, kasus DBD yang membutuhkan perawatan di RS menurun hingga 86 persen. Sementara kasus DBD secara keseluruhan mampu ditekan hingga 77 persen.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, Emma Rahmi Aryani menyebut memang sempat ada kekhawatiran dari warga. Namun, seiring waktu, menurunnya kasus DBD menjadi jawaban bagi masyarakat untuk tidak kembali waswas.

"Jumlah kasus di Kota Yogyakarta pada bulan Januari hingga Mei 2023 dibanding pola maksimum dan minimum di 7 tahun sebelumnya (2015 - 2022) berada di bawah garis minimum," terang Emma, dikutip dari keterangan resmi Kemenkes RI.

Di sisi lain, Sigit Hartobudiono, Lurah Patangpuluhan Yogyakarta juga menegaskan perlu adanya sosialisasi masif untuk melakukan inovasi penyebaran nyamuk wolbachia yang belum diketahui banyak masyarakat.

"Masyarakat pada awalnya memang ada kekhawatiran karena pemahaman dari masyarakat itu nyamuk ini dilepas kok bisa mengurangi (DBD). Tapi seiring berjalan dan kita sudah ada edukasi, ada sosialisasi, sekarang masyarakat justru semakin paham, bahwa sebenarnya teknologi ini untuk mengurangi DBD," papar Sigit Hartobudiono, Lurah Patangpuluhan Yogyakarta.

Kemenkes RI memastikan Indonesia bukan menjadi satu-satunya negara yang menerapkan teknik wolbachia demi memberantas DBD.

"Selain di Indonesia, pemanfaatan teknologi wolbachia juga telah dilaksanakan di negara lain (Brasil, Australia, Vietnam, Fiji, Vanuathu, Mexico, Kiribathi, New Caledonia, Sri Lanka) terbukti efektif untuk pencegahan dengue," beber Kemenkes dalam keterangan resminya, dikutip Rabu (15/11/2023).(red.al)