Breaking News

Potensi Keuangan Syariah di Indonesia Sebesar Ini



Jakarta, reporter.web.id -   Industri keuangan syariah Indonesia menyimpan potensi yang sangat besar. Dengan kondisi literasi dan inklusi yang terbilang rendah, total asetnya telah berada di posisi ke-7 secara global.

"Kami melihat industri keuangan syariah Nasional masih memiliki potensi yang besar untuk tumbuh memenuhi kebutuhan pasar, baik konsumen retail maupun bisnis," ujar Wakil Ketua Dewan Komisioner OJK Mirza Adityaswara di Grand Sahid Jakarta, Jumat (13/10).

Mirza mengungkapkan, pengakuan dunia terhadap perkembangan ekonomi dan keuangan Syariah di Indonesia, salah satunya ditunjukkan melalui laporan Islamic Finance Development Report Tahun 2022 yang menempatkan Indonesia pada peringkat ke-7 aset keuangan syariah global.

Capaian tersebut salah satunya ditopang dengan potensi demand Indonesia sebagai negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia yang mencapai 237,56 juta jiwa atau 86,7% dari total penduduk Indonesia.

Selain itu, sesuai dengan karakteristik keuangan syariah Indonesia, sebagian besar pelaku jasa keuangan di dalamnya telah menyasar industri riil, di mana Indonesia memiliki pelaku UMKM yang cukup besar.

"Tercatat terdapat 64,2 juta pelaku UMKM dengan potensi kebutuhan dana sekitar 1.605 triliun," imbuhnya.

Secara keseluruhan pertumbuhan aset keuangan syariah Indonesia telah mencapai Rp 2.450,55 triliun atau sekitar US$ 163,09 miliar posisi per Juni 2023. Angka ini menunjukkan pertumbuhan sebesar 13,37% (yoy) dengan market share sebesar 10,94% terhadap total keuangan nasional.

"Perkembangan yang positif ini menunjukkan bahwa sektor keuangan syariah memiliki peran penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi secara nasional," tuturnya.

Mirza mengatakan, setelah mengalami perlambatan akibat dampak pandemi dan kondisi global yang tidak menentu, industri perbankan syariah nasional berhasil mencatatkan pertumbuhan yang cukup baik. Posisi per Juni 2023 pangsa pasar perbankan syariah di Indonesia tumbuh menjadi 7,31% dari total industri perbankan nasional.

Pertumbuhan tersebut ditopang oleh 13 bank umum syariah, 20 unit usaha syariah, dan 171 BPRS dengan sebaran porsi aset 65,78% Bank umum syariah, 31,68% unit usaha syariah, dan BPRS sebesar 2,54%.

Dari sektor pasar modal syariah, per akhir Agustus 2023, pangsa pasar produk sukuk korporasi, sukuk negara dan reksa dana syariah mencapai 12,7%. Sedangkan pangsa pasar saham syariah telah mencapai 56% terhadap seluruh saham yang tercatat di bursa efek indonesia.

"Indonesia juga telah 4 kali berturut- turut mendapatkan penghargaan tingkat internasional sebagai The Best Islamic Capital Market yang diberikan oleh Global Islamic Financial Award (GIFA) sejak tahun 2019 sampai 2022," pungkasnya.

Tantangan Keuangan Syariah

Berdasarkan hasil survei nasional literasi dan inklusi keuangan tahun 2022, indeks literasi dan inklusi keuangan syariah tercatat sebesar 9,14 untuk indeks literasi dan 12,12% untuk indeks inklusi keuangan syariah.

"Kondisi dimaksud memerlukan kita untuk terus melakukan akselerasi tingkat literasi dan inklusi keuangan syariah dengan kolaborasi yang baik antar segala pihak," kata Mirza.

"Kondisi dimaksud memerlukan kita untuk terus melakukan akselerasi tingkat literasi dan inklusi keuangan syariah dengan kolaborasi yang baik antar segala pihak," ujarnya di Grand Sahid Jakarta, Jumat (13/10).

Menurutnya, hal ini perlu dilakukan guna mencapai target literasi ekonomi dan keuangan syariah seoring dengan arahan Wakil Presiden dalam Musyawarah Nasional Masyarakat Ekonomi Syariah (Munas MES) ke-VI awal bulan ini yang sebesar 50%.

Mirza mengaku, tantangan pengembangan ekonomi dan keuangan syariah menyebabkan masih besarnya gap dengan industri keuangan konvensional. Hal itu meliputi pangsa pasar yang relatif masih rendah pada kisaran 11%.

"Masih rendahnya literasi keuangan syariah, yang berdampak pada terbatasnya laju inklusi keuangan syariah, sebagaimana telah kami sampaikan sebelumnya," ungkapnya.

Kemudian, terbatasnya diferensiasi model bisnis atau produk keuangan syariah, penggunaan teknologi informasi yang perlu ditingkatkan. Serta, sumber daya manusia keuangan syariah yang belum optimal.

Menjawab tantangan tersebut, kata Mirza, Indonesia sebagai negara dengan mayoritas penduduk Muslim terbesar mempunyai potensi untuk menjadi contoh keunggulan dalam keuangan syariah.

"Ambisi ini sejalan dengan upaya berkelanjutan kami untuk mendorong ekosistem keuangan yang kuat dan terdiversifikasi yang sejalan dengan prinsip-prinsip syariah," pungkasnya. (red.NR)

© Copyright 2022 - REPORTER.WEB.ID | Jaringan Berita Reporter Hari Ini