Breaking News

Debu Musim Kemarau Picu Peningkatan ISPA di Kota Kediri

  


KEDIRI,  reporter.web.id – Kemarau panjang tidak hanya berdampak pada kebakaran lahan. Melainkan juga rentan memicu beberapa penyakit. Terutama gangguan infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) yang kasusnya naik selama beberapa bulan terakhir. Termasuk di antaranya pneumonia dan influenza-like illness (ILI).


Berdasar data sistem kewaspadaan dini dan respon (SKDR) Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Kediri, penyakit pneumonia rata-rata naik mulai minggu ke-30 2023 atau pada minggu kedua Agustus. Sedikitnya ada 90 kasus yang dilaporkan. Padahal, sebelumnya hanya 12-56 kasus.

Adapun selama bulan Agustus, total ada 256 kasus. Selanjutnya September mencapai 196 kasus. “Selama kemarau kasus-kasus infeksi saluran pernapasan memang cenderung meningkat. Karena kaitannya dengan debu dan cuaca yang tidak menentu,” ujar Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Kota Kediri Hendik Suprianto.

Dengan udara yang kering seperti sekarang, menurut Hendik partikel kuman dan virus mudah terbawa udara. Akibatnya, orang yang daya tahan tubuhnya rendah akan mudah sakit saat terpapar debu.


“Kalau imunitas (daya tahan tubuh) kita kuat, begitu merasa gatal tenggorokan, besoknya bisa langsung sembuh. Kalau tidak kuat, bisa langsung drop dan flu,” lanjutnya.

Melihat kemarau yang diperkirakan terjadi hingga akhir November mendatang, menurut Hendik laporan gangguan pernapasan akibat cuaca masih bisa meningkat. Karenanya, dinkes menerjunkan surveilans untuk deteksi dini dan melacak potensi penyakit.

Selain gangguan debu, penurunan daya tahan tubuh selama kemarau menurut Hendik juga bisa dipicu oleh gaya hidup masyarakat. Salah satunya, mengonsumsi es di tengah cuaca terik.

“Dari segi kesehatan juga kurang baik karena ketika kondisi tubuh panas kalau diberi minuman dingin ini kan kontravensi. Bisa terjadi penyempitan pada pembuluh darah dan memengaruhi suplai nutrisi dan oksigen dalam tubuh,” urai Hendik mengimbau masyarakat memperhatikan asupan tubuh selama kemarau. Serta tetap memakai masker saat berada di luar ruangan.

“Memakai masker tetap lebih baik. Bisa mencegah udara kotor masuk ke paru-paru kita. Terutama ketika perjalanan naik sepeda motor itu juga lebih baik pakai masker,” tandasnya.

Terpisah, Kepala Pelaksana (Kalaksa) BPBD Kota Kediri Indun Munawaroh menyebut, pihaknya juga mengantisipasi dampak kemarau. Meski Kota Kediri tidak termasuk dalam daerah darurat bencana kekeringan, BPBD tetap mengantisipasi sejumlah titik rawan di Kota Kediri.


“Saat ini Kota Kediri tidak menetapkan siaga darurat kekeringan karena risikonya yang kecil. Tapi kita tetap waspada karena kita punya lahan yang rawan seperti lereng Klotok,” ujar Indun.

Selain itu, antisipasi bencana hidrometeorologi selama fase pancaroba nanti juga sudah mulai diantisipasi. Di antaranya seperti pohon tumbang dan luapan sungai yang rawan terjadi saat peralihan musim kemarau ke penghujan.

“Sungai Kedak biasanya meluap di puncak penghujan. Desember sampai Februari. Cuma karena ini kan mundur, jadi kita juga menunggu BMKG untuk prediksi puncak musim hujannya,” tandas Indun.

Sementara itu, di Kabupaten Kediri kasus kebakaran melonjak drastis selama musim kemarau ini. Selama September setidaknya ada 50 kasus kebakaran. Mayoritas merupakan kebakaran lahan.
Staf Damkar Pos Pare Sofy Sa’bani menuturkan, kasus kebakaran September lalu naik signifikan dibanding Agustus yang sebesar 34 kejadian kebakaran. “Awal Oktober ini juga sudah belasan kasus kebakaran,” terang Sofy sembari menyebut rata-rata merupakan kebakaran di lahan tebu dan rumpun bambu.

Saking banyaknya kasus kebakaran September lalu, menurut Sofy dalam sehari pernah ada lima kali kebakaran. “Semuanya kebakaran lahan,” kenang Sofy sembari menyebut bencana itu dipicu faktor ketidaksengajaan warga yang membakar sampah. Embusan angin kencang membuat api mudah merembet dan memicu kebakaran.

© Copyright 2022 - REPORTER.WEB.ID | Jaringan Berita Reporter Hari Ini