KEDIRI,   reporter.web.id   - Mengumpulkan data tentang Kota Kediri era kolonial,  ternyata, sangat sulit. Saichurrohman sampai harus ‘menembus’ arsip nasional. Kini, setelah jadi buku, angan-angannya adalah membuatnya menjadi film animasi.

 

Puluhan orang memenuhi tempat duduk yang tersedia di Aula Gedung SMA Negeri 1 Kota Kediri. Wajah mereka diliputi dengan antusiasme tinggi. Serius mendengarkan penjelasan dari seorang pria yang duduk di depan mereka.

Beberapa dari mereka mengacungkan tangan. Meminta waktu bertanya terkait apa yang disampaikan sang pembicara. Yang membeberkan tentang buku berjudul ‘Gemeente Kediri’.

“Saya senang. Tidak menyangka mendapat antusiasme seperti ini,” ungkap sang pemateri.

Pria asal Kecamatan Ringinrejo Kabupaten Kediri ini adalah M. Saichurrohman. Biasa disapa Ipur. Buku yang dia paparkan itu adalah karyanya.

Dia lalu bercerita bahwa tak pernah berpikir menulis sebuah buku sebelumnya. Namun, dukungan dari orang-orang sekitarnya membuatnya terus melanjutkan tulisan. Terutama support dari salah satu komunitas pegiat sejarah.

“Ini berawal dari tugas akhir kuliah saya,” papar pria yang menempuh sarjana strata satunya di Universitas Airlangga ini.

Buku itu dikerjakan pada 2014 lalu. Dibantu adik kelasnya yang bernama Wiretno.

Dalam pembagian penulisannya, Ipur lebih membahas terkait kondisi pemerintahan Kota Kediri pada zaman Kolonial Belanda. Sementara Wiretno, rekannya menulis, lebih fokus pada kondisi pemerintahan zaman penjajahan Jepang.

Tapi, prosesnya tidak mudah. Selama pengerjaanada hal yang sulit dilalui. Salah satunya adalah mencari referensi. Dia bersama rekannya pun harus mencari sumber hingga ke Arsip Nasional.

“Dari arsip itu kami olah sedemikian rupa jadi tulisan yang lebih mudah untuk dipahami,” terangnya saat ditemui usai peluncuran buku.

Apa motivasinya menulis tentang Kota Kediri era lampau itu? Ipur kemudian menceritakan bahwa dirinya merasa sejarah yang membahas pemerintahan Kota Kediri masih sangat sedikit saat ini. Hal itulah yang membuatnya ingin menulis tentang itu.Selain itu, dia merasa ada kedekatan tersendiri dengan Kota Kediri. Itulah yang membuatnya ingin mengangkat tema tersebut pada tugas akhirnya. Yang pada akhirnya didorong untuk diterbitkan menjadi sebuah buku.

Uniknya, meskipun berhasil menelurkan buku, Ipur ternyata memiliki ketertarikan lebih pada bidang multimedia. Karena itulah, setelah menulis buku, dia pun berangan-angan bisa memvisualisasikan. Agar tak terlalu terkesa ‘akademis’.

“Mungkin kalau dalam bentuk animasi lebih menarik,” ujanya berandai-andai, sembari menyebut tekad besarnya mengangkat tema sejarah.(read.al)