Breaking News

UMJ Kukuhkan Dua Guru Besar Baru, Proses Menuju Akreditasi Unggul

  


JAKARTA ,  reporter.web.id -- Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) mengukuhkan dua Guru Besar baru, yaitu Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP), Prof Dr Iswan dan Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Prof Dr Evi Satispi di Auditorium dr Syafri Guricci Fakultas Kedokteran dan Kesehatan (FKK), Selasa (26/09/2023). Prof Evi Satispi, dikukuhkan menjadi Guru Besar Bidang Ilmu Administrasi Publik,  sementara Prof Dr Iswan dikukuhkan menjadi Guru Besar Bidang Ilmu Administrasi Manajemen Pendidikan.

"Alhamdulillah pagi hari ini kita telah menyaksikan pengukuhan guru besar yang ke-18 dan 19, saya sangat bangga dan ini tentu prestasi luar biasa yang saya kira perlu ditiru dosen lainnya," kata Rektor UMJ Prof Dr Ma’mun Murod.

Ma’mun mengatakan, saat ini ada tujuh Lektor Kepala yang sedang berproses menjadi Guru Besar dan dapat membantu menuju Akreditasi Universitas mencapai unggul. 

“Prestasi ini tentu sangat luar biasa, dan harus dijadikan contoh oleh dosen lainnya. UMJ saat ini tengah mempersiapkan tujuh lektor kepala untuk diproses menjadi Guru Besar. Tentu ini akan membanggakan bagi UMJ yang Insya Allah berproses menuju akreditasi unggul,” ujar Ma’mun.

Majlis Diktilitbang Prof Dr Armai Arief, mengatakan, Dikti mendorong para Rektor untuk memperbanyak jumlah professor di Perguruan Tinggi masing-masing.

“Kita ingin meraih universitas yang bersertifikat internasional. Minimal 10 persen jumlah Guru Besar dari keseluruhan dosen. Majlis Dikti juga memiliki program sekolah persiapan menjadi Guru Besar dan program 5000 Doktor. Kami berharap Rektor dapat mendukung program ini,” ungkap Armai.

Sementara Ketua Badan Pembina Harian UMJ Prof Dr Abdul Mu’ti, menambahakan bahwa UMJ harus bergerak menuju internalisasi. 

”Saya kira ini semangat Pak Rektor untuk UMJ menuju unggul. Berdasarkan banyaknya guru besar yang telah dimiliki oleh UMJ, sudah saatnya bagi UMJ untuk memiliki kelas internasional dengan memiliki sumber daya insani yang unggul dan akses yang terbuka luas,” pungkas Mu’ti.

"Sekolah internasional merupakan upaya kita di Muhammadiyah untuk melakukan internalisasi Muhammadiyah dan mainstreaming gagasan Islam berkemajuan di tingkat nasional maupun internasional,” tambah Mu’ti.

Sementara, Evi menyampaikan bahwa formulasi kebijakan mitigasi risiko kebencanaan yang berbasis pada data science dan metode forecasting sebagai judul orasi ilmiah yang dibawakannya. Metode forecasting dengan gabungan big data dapat memberikan peringatan dini dalam menghadapi dan menangani bencana yang terjadi di Indonesia.

“Forecasting dapat mempolakan kejadian yang berulang dengan melihat kejadian masa lampau dan masa kini sehingga dapat memprediksi kejadian di masa yang akan datang. Peramalan bencana ini sangat penting dalam upaya mitigasi bencana, karena dapat membantu pemerintah untuk mengambil tindakan preventif, mengatur evakuasi, dan mengalokasikan sumber daya secara efektif,” ujar Evi, mengutip keterangan tertulis, Selasa.

Evi memformulasikan kebijakan mitigasi risiko dengan metode forecasting dengan melihat data masa lampau. Kemudian, data ini diperkuat dengan sumber data science yang berupa tools di antaranya velocity, volume, value, visualisasi, veracity, variety, virality, viscosity, validity, dan  vocabulary. Berdasarkan hasil data tersebut, dapat dilakukan inovasi dan intervensi kebijakan untuk dapat mentreatment dalam memitigasi risiko kebencanaan.

Pada kesempatan yang sama, Iswan menyampaikan orasi ilmiah berjudul Paradigma Baru Sistem Pembelajaran dan Kepemimpinan Sekolah, Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Kinerja Guru dalam Perspektif Islam.

“Learning Management System di sekolah sangat bermanfaat untuk meningkatkan standar proses pembelajaran dalam rangka memaksimalkan efektifitas pencapaian tujuan pembelajaran. Kombinasi kebijakan penyelenggaraan pendidikan dalam era digital harus didukung pengembangan teknologi dalam menata sistem administrasi manajemen pendidikan,” ujar Iswan.

Penggunaan teknologi untuk pembelajaran di sekolah, dapat berbagi banyak karakteristik dengan Virtual Learning Environment (VLE) yang digunakan oleh institusi pendidikan. Paradigma baru sistem pendidikan juga harus didukung dengan pendidik yang mampu menjadi suri tauladan terhadap peserta didik melalui ucapan, ungkapan, dan perkataan.(read.al)

© Copyright 2022 - REPORTER.WEB.ID | Jaringan Berita Reporter Hari Ini