Jakarta, reporter.com - Polusi udara di perbatasan Depok dan ibu kota terpantau parah betul di saat separuh aparatur sipil negara (ASN) Pemprov DKI Jakarta kerja dari rumah (WFH).

Sebelumnya, Pemprov DKI menerapkan kebijakan WFH sebagai respons tingkat polusi udara yang tinggi dan penyelenggaraan Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN 2023.

Pelaksana Tugas Kepala Dinas Komunikasi, Informatika dan Statistik DKI Jakarta Sigit Wijatmoko mengatakan uji coba WFH dilakukan dengan persentase kehadiran 50 persen di Pemprov DKI Jakarta dilakukan pada 21 Agustus-21 Oktober.

Ini berlaku buat ASN yang melakukan fungsi staf atau pendukung.

Berdasarkan dua hari pelaksanaan WFH DKI, Dinas Perhubungan DKI Jakarta mengungkap penurunan jumlah kendaraan bermotor, salah satu penyumbang terbesar polusi di ibu kota yang banyak berasal dari luar Jakarta, yang melintas tak signifikan.

"Menurun 1,67 persen (turun 114.813 kendaraan) dibandingkan 14-15 Agustus yang memiliki volume rata-rata lalu lintas sebesar 6.863.068 kendaraan," kata Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Syafrin Liputo dalam keterangan tertulis, Rabu (23/8).

Lalu bagaimana kondisi udara di hari keempat WFH itu?

Situs pemantau kualitas udara IQAir memperlihatkan fakta unik. Perbatasan Depok-Jakarta menjadi daerah paling berpolusi se-Indonesia.

Hal itu berdasarkan pengukuran di satu stasiun individu di Pakis. Jika ditelisik lebih jauh, Pakis ini adalah Jalan Pakis di Cinere, daerah di Depok yang berbatasan dengan Jakarta Selatan.

Data per Kamis (24/8) pukul 08.00 WIB menunjukkan Depok, Jabar, memiliki indeks kualitas udara (AQI) 254 yang masuk kategori Sangat Tidak Sehat (Very Unheatlhy).

Konsentrasi PM2.5-nya mencapai 204 µg/m³ atau 37,8 kali di atas standar Badan Kesehatan Dunia (WHO).

Kualitas udara Depok ini mulai jadi amat tak sehat sejak pukul 05.00 WIB. Saat itu, indeks kualitas udaranya mencapai 201, dengan PM2.5 151 µg/m³. Sejam kemudian, AQI mencapai 203 dengan PM2.5 153 µg/m³.

Pukul 07.00 WIB, AQI di wilayah itu bernilai 239 dengan PM2.5 189.