Breaking News

Minim Penerangan Hingga Air Bersih di Cianjur Menjadi Kendala Bagi Relawan Medis



Jakarta, reporter.com - Ketua Umum PB Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Dr Moh Adib Khumaidi mengungkap sejumlah kendala yang dihadapi dokter dan tenaga medis dalam penanganan kesehatan korban gempa di Cianjur, Jawa Barat.

Selain minimnya penerangan akibat masih terjadi pemadaman listrik, sumber air bersih untuk kebutuhan sehari-hari juga dinilai sulit.

Tidak hanya itu, tidak tersedianya sarana prasarana mandi, cuci, kakus (MCK) yang layak terutama di posko yang berada di wilayah pelosok.

"Kendala lainnya beberapa pasien luka terbuka dan patah tulang belum tertangani dikarenakan pasien tidak mau berobat. Dan alas tenda serta terpal banyak tergenang air," ungkap Adib dalam keterangannya di Cianjur, Jumat (25/11/2022).

Untuk itu, sarana dan prasarana yang dibutuhkan saat ini adalah kabel listrik, lampu listrik, air bersih PDAM untuk MCK, dan toilet portabel.

"Kebutuhan logistik lainnya yaitu multivitamin, tensocrepe kecil, tensocrepe sedang, tensocrepe besar," ucapnya.

Di sisi lain, banyak pula penderita tidak mau dirujuk karena kekhawatiran akan dibawa ke luar Cianjur.

"Makanya kami juga perlu edukasi kesehatan di lapangan," kata dia.

Berdasarkan koordinasi dengan Polri dan Brimob, dan Baznas, institusi tersebut telah menyediakan tenda darurat dan dapur umum di RS Bhayangkara. Dapur darurat ini bisa memasak hingga kapasitas 500 porsi.

"Mereka juga menyediakan 16 sepeda motor trail untuk mengangkut relawan dokter dan medis lainnya ke wilayah yang belum bisa dijangkau dengan ambulans," pungkasnya.

Sejauh ini, tenaga medis yang dikirim untuk membantu penanganan korban gempa di Cianjur meliputi 167 dokter umum, 21 dokter spesialis bedah, 24 dokter spesialis ortopedi, 7 dokter spesialis anestesi, 2 dokter spesialis kejiwaan untuk trauma healing, 7 dokter spesialis anak termasuk 4 dari IDAI Jabar, dan 2 dokter spesialis penyakit dalam dari RS Muwardi Solo.

"IAI datang juga membawa tim apoteker untuk menggerus obat, PPNI, PDGI, semua OP hadir," kata Adib.

Adib mengatakan bantuan relawan dokter dan tenaga kesehatan tersebut datang dari IDI wilayah serta cabang seperti Kota/Kabupaten Sukabumi, Sumedang, Karawang, Kota/Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kota/Kabupaten Bogor, Serang, IDI Depok, IDI Bekasi, Makassar, dan juga Pusat Krisis Kesehatan PB IDI.

"Kami juga ada koordinasi dengan Perhimpunan di bawah IDI seperti PABOI, IDAI, POGI, PAPDI, PERKI, PDPI," jelas dia. 

Menurutnya, tenaga medis dokter yang ada di Cianjur saat ini tercatat ada 602 orang. Mereka yang sudah bertugas dalam penanganan kesehatan bagi warga terdampak gempa, antara lain 378 perawat, 77 bidan, 11 kesehatan lingkungan, 5 tenaga surveilans, 3 ahli gizi, 2 analis kesehatan, 126 apoteker.

"Relawan dokter dan nakes bekerja bergantian beberapa gelombang karena sebagian membutuhkan istirahat juga," ucapnya. 

Sementara itu, Badan Nasional Penanganan Bencana (BNPB) terus memperbaharui jumlah korban jiwa dalam gempa Cianjur. Sesuai data yang tercatat yakni nama dan alamat, hingga pukul 17.00 WIB, Kamis (24/11/2022) adalah sebanyak 272 jiwa.

"Jumlah korban 272 jenazah hari ini ditemukan atas nama Ibu Nining usia 64 tahun," kata Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto saat jumpa pers, seperti dikutip daring, Kamis (24/11/2022).

Meski dilaporkan korban jiwa yang telah ditemukan sebanyak 272 jiwa, dia mengatakan belum seluruh korban jiwa sudah teridentifikasi. Dia memastikan tim gabungan terus akan mencari identitas para korban.

"Yang sudah dapat diidentifikasi ada 165 jenazah, sementara yang masih kita terus kita cari identitasnya 107 jenazah," jelas Suharyonto.

Selain korban jiwa, dia mengatakan, masih terdapat warga yang dilaporkan hilang. Jumlah korban gempa yang belum ditemukan itu sebanyak 39 orang.

Data orang hilang tersebar di dua tempat, 32 orang di wilayah Cijendil dan 7 orang yang melintas di kawasan tersebut saat bencana terjadi.(hum.rn)

© Copyright 2022 - REPORTER.WEB.ID | Jaringan Berita Reporter Hari Ini