Yogyakarta, reporter.web.id – Kecelakaan (Laka) maut yang menewaskan 11 orang siswa dan guru SMK Lingga Kencana Depok menimbulkan pro dan kontra pada banyak segmen utamanya tentang larangan studi tour. Tak ketinggalan dari kalangan pendidik.
Salah satu Pendidik dan juga Praktisi Komunikasi Assoc Prof. Dr. Edwi Arief Sosiawan, SIP, M.Si, CIIQA, CIAR, CPM(Asia) menuturkan Study Tour sebenarnya memiliki dua sisi yang perlu dikaji yakni negatif dan positif.
Dr Edwi sapaan akrabnya menyatakan jika dilihat dari segi manfaatnya maka dapat dilihat bahwa study memiliki konsekuensi (dampak positif) bagi siswa.
Dosen Komunikasi UPN Veteran Yogyakarta ini menyatakan ada 8 keuntungan siswa mengikuti studi tour di antaranya siswa mendapatkan pengalaman langsung yang menghubungkan teori yang dipelajari di kelas dengan praktik nyata. Misalnya, mengunjungi situs sejarah, museum, atau institusi ilmiah membantu siswa memahami materi pelajaran dengan lebih baik.
Study tour imbuhnya memberikan kesempatan bagi siswa untuk berinteraksi dengan teman sebaya dan orang dewasa di luar lingkungan sekolah. Hal ini membantu mereka mengembangkan keterampilan komunikasi, kerjasama, dan adaptasi sosial.
“Mereka akan mengalami hal-hal baru dan menarik selama study tour dapat meningkatkan minat dan motivasi siswa terhadap pelajaran tertentu. Pengalaman langsung sering kali lebih memikat dan memotivasi daripada hanya membaca atau mendengarkan di kelas,” bebernya.
Edwi menjelaskan melalui kunjungan ke tempat-tempat bersejarah, budaya, atau institusi internasional, siswa dapat memperluas wawasan mereka tentang keberagaman budaya dan pentingnya memahami perspektif global. Selain itu siswa belajar untuk lebih mandiri dan bertanggung jawab selama perjalanan, karena mereka harus mengatur waktu, menjaga barang-barang pribadi, dan mengikuti aturan kelompok.
Melakukan eksplorasi pada lingkungan baru dan beragam dapat merangsang kreativitas dan imajinasi siswa, yang dapat bermanfaat dalam berbagai aspek kehidupan dan pembelajaran.
“Study tour juga bisa mencakup kegiatan yang menantang siswa untuk berpikir kritis, memecahkan masalah, dan bekerja dalam tim, yang semuanya penting untuk pengembangan soft skills. Pergi ke luar kelas dan mengalami lingkungan baru dapat menjadi cara yang baik untuk mengurangi stres akademik dan meningkatkan kesejahteraan emosional siswa,” jelas Edwi.
Namun disisi lain Edwi tak menampik ada beberapa dampak negatif dari pelaksanaan study tour.
Study tour sering kali memerlukan biaya yang cukup besar, termasuk biaya transportasi, akomodasi, makan, tiket masuk ke tempat wisata atau pendidikan, serta biaya tambahan untuk pemandu wisata. Biaya ini bisa menjadi beban bagi orang tua, terutama bagi mereka yang memiliki keterbatasan ekonomi.
Selain itu dampak negatif lain dari studi your yakni tidak semua siswa memiliki kemampuan finansial yang sama. Perbedaan ini dapat menimbulkan rasa ketidakadilan atau eksklusi bagi siswa yang tidak mampu ikut serta karena keterbatasan biaya.
“Selain biaya utama, ada pengeluaran tambahan yang mungkin tidak terduga seperti biaya untuk oleh-oleh, keperluan pribadi selama perjalanan, atau kegiatan ekstra yang tidak termasuk dalam paket study tour,” ulasnya lagi.
Dari sekian faktor negatif, pengalaman dan perjalanan menggunakan bus, kereta, atau pesawat selalu mengandung risiko kecelakaan lalu lintas. Tak hanya lwkw namun potensi hal lain yang membahayakan keselamatan di antaranya sswa dapat terpapar risiko kesehatan, seperti sakit karena perubahan cuaca, keracunan makanan, atau terpapar penyakit di tempat yang dikunjungi.
“Beberapa kegiatan yang dilakukan selama study tour, seperti hiking, berenang, atau aktivitas fisik lainnya, bisa berisiko jika tidak dilakukan dengan pengawasan yang memadai. Risiko lain berupa risiko keamanan, seperti kemungkinan kehilangan barang berharga, pencopetan, atau bahkan insiden yang lebih serius seperti serangan atau bencana alam,” tutup Edwi.
(red.R)
Social Header