BANGKALAN,    reporter.web.id    – Indeks kualitas lingkungan hidup (IKLH) Kabupaten Bangkalan rendah.

Bahkan menjadi yang terburuk ketiga dari 38 kabupaten/kota di Jawa Timur (Jatim). Hal itu berdasarkan penilaian Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Kemen LHK).

Kabid Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan DLH Bangkalan Ismail menyatakan, lembaganya memasang online monitoring (onlimo) untuk mendeteksi pencemaran air.

Hasilnya, pada parameter nitrat-nitrit nilainya melebihi nilai satuan baku mutu. Yakni, mencapai 3.900, sementara idealnya nilai baku mutu air hanya 10.

”Tingkat pencemarannya meningkat signifikan,” ujarnya Selasa (16/1).

Pihaknya tidak tahu secara pasti tingginya pencemaran lingkungan di Kota Salak.

Namun, pihaknya menduga disebabkan beberapa faktor. Yakni, limbah manusia, hewan, dan perairan dari persawahan.

”Kami belum menentukan faktornya apa. Cuma kemungkinan dari limbah tersebut,” tambahnya.

IKLH Bangkalan terhadap air, udara, dan penutup lahan di 2023 nilainya naik dibandingkan 2022.

Buktinya, di 2022 nilai IKLH Bangkalan 56. Sedangkan di 2023 nilai indeks lingkungan hidup di Bangkalan mencapai 57,17.

”Ada kenaikan dari sejumlah faktor air, udara, dan penutup lahan. Mungkin dari penutup lahan yang mulai tumbuh itu sudah terlihat dari satelit,” terangnya.

Meski begitu, hal tersebut tidak bisa dibanggakan. Berdasar penilaian Kemen LHK, IKLH Kota Salak berada di peringkat 35 dari 38 kabupaten di Jawa Timur (Jatim).  

”Meskipun ada kenaikan, peringkatnya tetap (dengan 2022),” jelasnya.

Ismail berjanji, lembaganya akan berupaya meningkatklan nilai IKLH 2024.

Salah satunya, menggunakan jaring tangkap sampah. Juga bekerja sama dengan dinas teknis lainnya.

”Untuk kegiatan pemantauan ini, akan kami upayakan diajukan di PAK tahun ini,” pungkasnya. (red.al)