SURABAYA, reporter.web.id - Piala Dunia U-17 2023 tidak hanya memberi dampak positif sisi ekonomi dan pariwisata.
Banyak anak-anak yang terinspirasi bermain sepak bola lebih baik agar bisa mengharumkan negara di masa mendatang. Hal ini baik bagi pengembangan sepak bola usia muda di tanah air.
"Lalu nilai pertandingannya. Dengan Piala Dunia U-17, nantinya pasti akan lebih banyak orang tua yang mengantar anaknya ke SSB. Ada antusias besar ketika anak ingin belajar sepak bola, orang tua memberikan dukungan,” tambahnya.
Ia meyakini, acara ini mungkin dalam 10-20 tahun lagi belum tentu ada lagi di Surabaya. Benar-benar menjadi kesempatan langka.
"Teman-teman kita dari luar negeri bisa tahu Indonesia dan Surabaya,” ucapnya.
Kota Surabaya sendiri telah merampungkan status sebagai tuan rumah Piala Dunia U-17 2023 di Stadion GBT.
Sebanyak delapan laga yang terbagi menjadi empat hari pertandingan digelar, yaitu tiga hari babak fase grup dan satu hari babak 16 besar.
Empat tim bersaing di Grup A yang dimainkan di Stadion GBT, Timnas Indonesia U-17, Maroko, Ekuador, dan Panama.
Terakhir, babak 16 besar yang digelar pada 21 November menggelar dua laga, yaitu Mali kontra Meksiko dan Maroko melawan Iran.
“Luar biasa kita rasakan atmosfernya. Dulu orang membawa keluarganya, anaknya, ke stadion itu hampir tidak ada di Indonesia. Tapi, kita lihat di Piala Dunia U-17 ini sudah biasa terjadi seperti itu,” imbuh Riyadh.
Piala Dunia U-17 telah membuat banyak masyarakat datang ke Surabaya. Sektor ekonomi bisa bergerak lebih cepat. Mulai dari hotel, tempat wisata, hingga penggunaan transportasi jadi lebih meningkat.
Seperti diketahui, penonton pertandingan Piala Dunia U-17 2023 di Surabaya tidak diperkenankan menggunakan kendaraan pribadi menuju GBT. Hal ini ditujukan untuk mengurangi volume kendaraan selama turnamen berlangsung.
Dinas Perhubungan Kota Surabaya menyiapkan armada shuttle bus untuk mengangkut penonton selama Piala Dunia U-17 menuju stadion melalui enam titik penjemputan yang sudah ditentukan.
Penonton menggunakan fasilitas itu secara gratis selama pertandingan Piala Dunia U-17 berlangsung di Surabaya.
Faktor keamanan patut menjadi pertimbangan utama. Sebab, banyak penonton anak-anak yang juga hadir di stadion. Ini juga seharusnya bisa diadopsi untuk penerapan di kompetisi domestik Indonesia.
“Paling utama yang harus dipelajari dan dilestarikan terus itu pertandingan yang membuat rasa aman. Rasa aman ini yang harus dicontoh penyelenggara Liga 1, Liga 2, Liga 3. Bagaimana sinergi antara pemerintah, federasi, dan masyarakat,” ujar Riyadh.
Riyadh juga menyebut perihal pertandingan ada banyak hal yang bisa dicontoh. Model permainan dari berbagai negara, sikap para pemain dalam menghadapi keputusan wasit.
"Usia mereka masih di bawah 17 tahun, tapi cara main sikapnya seperti pemain-pemain senior. Ini bisa jadi contoh baik bagi pemain-pemain muda di Jawa Timur," sebut Riyadh.
"Ini juga bisa jadi contoh bagi kami pengurus, juga para pelatih dalam mengembangkan pola permainan," pungkasnya. (red.al)
Social Header