Breaking News

Mamuk Ismuntoro Ingatkan Foto AI bukan Produk Jurnalistik

  


Surabaya, reporter.web.id  – Mamuk Ismuntoro mengingatkan bahwa Foto AI bukanlah produk jurnalistik. Founder Matanesia itu mengatakan bahwa Foto AI (Artificial Intelligence) berpotensi menyebabkan pengaburan informasi atau malah menciptakan hoaks.

“Jika foto AI dibiarkan tumbuh liar, ia berpotensi menciptakan persepsi, bahkan kebohongan. Karena foto berita adalah fakta. Jika foto AI dibiarkan tumbuh seolah foto berita, dampaknya bisa sangat berbahaya,” ujar Mamuk Ismuntoro saat menjadi narasumber ‘Workshop Kreatif: Menulis dan Memotret di Dunia Digital’ di Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi – Almamater Wartawan Surabaya (Stikosa AWS), Senin (11/9/2023).

Mamuk mengatakan saat ini trend artificial intelligence dalam dunia fotografi sedang naik daun. Jika foto AI sebelumnya hanya berseliweran di grup terbatas, kini foto AI mulai muncul di wilayah mainstream. Ia bahkan melihat, ada media mulai menggunakan foto AI sebagai cover majalah.

“Beruntung, dalam keterangan cover disebutkan bahwa ini foto AI, bukan foto yang diperoleh lewat kegiatan pemotretan khusus,” ungkap Mamuk yang juga tercatat sebagai alumni Stikosa AWS ini.

Pendiri Komunitas Matanesia ini kemudian mengajak 60 peserta workshop kembali mengenali dunia fotografi. Baik dari sisi teknis, hingga filsafat yang melekat dalam aktivitas fotografi itu sendiri. Utamanya adalah cerita dan fakta yang disampaikan lewat sebuah foto.

“Kita berbagi cerita. Apa adanya, berbasis fakta, bukan kenyataan yang mengada-ada. Dan ini melekat di semua elemen dalam foto yang kita publikasikan, baik di portal berita, blog personal, bahkan sosial media,” terangnya.

Sementara itu, Hendro D Laksono, penanggungjawab IT dari Beritajatim.com dan Pilar.id itu mengatakan arus kecerdasan buatan seperti AI tidak mungkin untuk dibendung. Ia menegaskan bahwa bukan tidak mungkin teknologi AI akan terus menguat sehingga lebih dibutuhkan ketimbang Sumber Daya Manusia (SDM).

“Hal-hal yang berhubungan dengan sisi unik manusia, mesti dioptimalkan agar AI tetap menjadi teknologi pendukung, bukan kekuatan yang mendominasi,” kata pria berkumis itu.

Oleh sebab itu, Hendro menghimbau agar manusia terus berkembang baik secara kreativitas, intelektual dan etika. Nantinya dengan SDM yang unggul bisa menjadi benteng pertahanan agar tidak mudah tergerus zaman.

“Kreativitas mesti dipahami sebagai bekal yang menguatkan. Dengan demikian, kita tidak akan tergantikan,” tegas alumni Stikosa AWS ini.

Ia kemudian mengingatkan, segmentasi harus dijawab lewat relevansi. Sementara persaingan media, mesti disikapi dengan konten orisinil dan isu yang unik sekaligus menarik.

“Setelah itu tinggal dukungan teknologi, SEO, pemahaman atas algoritma, dan lain-lain. Tanpa itu semua, konten bagus bakal tak memenuhi syarat ketercapaian dan keterbacaan,” tandasnya. (read.al)

© Copyright 2022 - REPORTER.WEB.ID | Jaringan Berita Reporter Hari Ini