Jakarta, reporter.web.id - Partai Demokrat resmi menyatakan keberpihakannya pada calon presiden (capres) Prabowo Subianto dengan bergabung pada Koalisi Indonesia Maju (KIM). Bergabungnya Demokrat menjadikan Prabowo didukung empat partai parlemen, menjadi koalisi terbesar dibanding pesaingnya.

Kendati dukungan yang besar, koalisi 'gemuk' tidak selalu memenangkan Pemilihan Presiden (Pilpres) seperti yang telah terjadi sebelumnya.

Pada pemilihan presiden (Pilpres) 2014, pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla mendapat dukungan dari Koalisi Indonesia Hebat yang terdapat empat partai parlemen dan satu partai non-parlemen yaitu PDIP, PKB, NasDem, Hanura, dan PKPI (non-parlemen).

Sedangkan, Koalisi Merah Putih yang mendukung Prabowo pada 2014 diisi dengan lima partai parlemen dan satu non-parlemen diantaranya Gerindra, Golkar, Partai Amanat Nasional ( (PAN), Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Keadilan Sejahtera (PKS), dan Partai Bulan Bintang/PBB (non-parlemen).

Dengan dukungan partai yang lebih banyak, kubu Prabowo tidak mampu mengalahkan Joko Widdo (Jokowi ) yang berpasangan dengan Jusuf Kalla pada Pilpres kala itu.

Prabowo pada Pemilu 2014 tidak hanya didukung oleh partai yang banyak. Hasil perhitungan suara menunjukkan kubu Prabowo juga mendapat perolehan suara lebih banyak dibanding Jokowi.

Data menunjukkan koalisi Prabowo mampu memenangkan hasil suara dan kursi pada Pemilu 2014. Koalisi Prabowo memenangkan Pileg 2014 dengan memperoleh total sekitar 61,1 juta suara, sedangkan kubu Jokowi hanya memenangkan 51,1 juta suara. 

Demikian pula secara perhitungan kursi, koalisi Jokowi hanya mendapat 207 kursi parlemen, sedangkan kubu Prabowo memperoleh 292 kursi. 

Kendati demikian, hasil suara sah menunjukkan perolehan suara Prabowo hanya memperoleh 62,5 juta suara (46,85%) dan Jokowi memperoleh 70,99 juta suara (53,15%). Berdasarkan perhitungan tersebut, Jokowi memenangkan Pilpres 2014.

Meski memenangkan kursi, Prabowo tidak mampu memenangi pilpres kala itu. Hal ini mengindikasikan bahwa kekuatan koalisi dibalik capres yang diusung tidak dapat memastikan kemenangan capres tersebut.


Mungkinkah Fenomena Pilpres 2014 Terulang di Pilpres 2024?

Di sisi lain, peta Pilpres 2024 kali ini Prabowo kembali mendapat dukungan partai terbanyak dari koalisi kali ini dibandingkan dua calon presiden lainnya. Kubu Prabowo pada pilpres 2024 didukung empat partai dengan dua partai non-parlemen yaitu Gerindra, Golkar, Partai Demokrat, PAN, Partai Gelora (non-parlemen) serta PBB (non-parlemen).

Ganjar Pranowo didukung empat partai dengan dua di dalamnya non-parlemen yaitu PDIP, PPP, Hanura (non-parlemen), dan Perindo (non-parlemen). Anies Baswedan menjadi calon dengan dukungan paling sedikit, hanya tiga partai yaitu Nasional Demokrat (NasDem), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan PKS.

Koalisi Prabowo kembali mendapat dukungan partai terbanyak, apabila dibandingkan Ganjar dan Anies. Tidak hanya itu, kubu Prabowo memegang suara terbesar kembali jika berkaca dengan hasil Pileg 2019, dengan hanya menghitung partai yang masuk parlemen

Dengan perhitungan tersebut, kubu Prabowo akan mendapat dukungan suara sebesar 55,2 juta. Koalisi Anies berada di posisi kedua dengan 37,7 juta suara. Koalisi Ganjar berada di posisi terakhir dengan 33,3 juta suara.

Prabowo menang besar jika Dilihat dari partai pengusungCNBC Indonesia mencoba menghitung kekuatan capres berdasarkan suara pemilih di pemilu 2019. Kondisi saat ini tentu saja akan berbeda dengan empat tahun lalu dari sisi jumlah pemilih serta kecenderungan pemilih.

Perlu dicatat pula jika pemilih ataupun pendukung partai tertentu belum tentu akan memilih capres yang diusung partai mereka. Dengan demikian, kekuatan koalisi partai belum tentu bisa diterjemahkan kepada seberapa besar perolehan suara dari pendukung partai.

Selain itu, keputusan yang masih belum dikunci masih memungkinkan adanya perpindahan koalisi suatu partai.

Jika melihat dukungan capres dari partai serta suara sah yang masuk dari Pilpres 2019 maka Prabowo Subianto akan menang dengan suara telak.

Namun demikian, hasil masih belum bisa dipastikan bahwa Prabowo dapat memenangkan Pilpres meski mendapat dukungan koalisi terbesar. Masih terdapat kemungkinan Prabowo tidak memenangkan, khususnya jika berkaca pada hasil Pilpres 2014. 

Memang basis suara dari partai koalisi akan berperan besar terhadap dukungan capres dibaliknya. Namun, hasil perhitungan suara sah dari pasangan capres nantinya masih memungkinkan berkata lain.(read.al)