Breaking News

GEMPAR MASALAH ANAK PENJUAL NASI BEBEK YANG TIDAK DIPERBOLEHKAN IKUT UJIAN KARNA BELUM BAYAR SUMBANGAN SEKOLAH, LURAH DESANYA IKUT ANGKAT BICARA

Kepala Sekolah SMAN 1 Mojo

KEDIRI, reporter.com - Kejadian anak penjual nasi bebek tidak bisa melanjutkan Ujian Akhir Semester (UAS) pada hari kedua, rupanya menjadikan Kades Mlati emosi. Tengah wawancara dengan Supriswanto selaku kepala sekolah, tiba-tiba Taufik menunjukkan kemarahannya atas pemberitaan tersebut. Bahkan dia menyebut siap bertanggung jawab melunasi tanggungan ini, setelah dihubungi salah satu utusan Bupati Kediri, Hanindhito Himawan Pramana. 


“Itu orang tua koclok, seperti ini kok disampaikan ke media. Media manapun, LSM manapun sudah tahu saya. Jika cari masalah, satu centi pun, saya tidak bakal mundur. Ini orang tua koclok perlu dipahami,” demikian ucapan Taufik, selaku Kepala Desa Mlati Mojo. Saat berada di ruang kerja Kepala SMAN Mojo Kabupaten Kediri, Selasa (06/05). Bahkan bila berita ini dinaikkan, dia menegaskan akan mencari jurnalis yang menayangkan.


Diberitakan sebelumnya, Imam Syaifudin warga Desa Mlati Kecamatan Mojo, Senin (05/06). Mengakui memang belum mampu melunasi iuran ditetapkan pihak sekolah sebesar Rp. 900 ribu. 


“Saya ini hanya penjual nasi bebek, ini tadi hanya laku 3 porsi. Sudah saya angsur namun belum bisa melunasi,” ungkapnya.


Dia mengaku malu, kenapa pihak sekolah hingga memanggil anaknya melalui pengeras sekolah dan terdengar seisi sekolah. “Gilang kemudian disuruh masuk ruangan khusus bersama teman lainnya ternyata belum bisa melunasi iuran. Kemudian kartu ujian dan soal ujian diminta oleh guru dan anak saya disuruh pulang. Tidak boleh mengikuti ujian sebelum tanggungan di sekolah diselesaikan,” terangnya.


Dalam pengeras suara tersebut menyebutkan sejumlah nama agar keluar ruangan dengan membawa kartu ujian dan soal ujian. Salah satu nama disebut, M. Gilang Aprilian Maula Dani, siswa kelas XI bersekolah di SMAN Mojo. Terkait hal ini, Supriswanto membantah jika pihaknya menyuruh anak tersebut pulang.


“Saya hanya ingin terjalin komunikasi, anaknya tidak saya suruh pulang. Termasuk ada siswa dari pondok, saya menunggu kompensasi dari pengurus pondok. Tujuan saya ingin merawat anak sebaiknya. Jangankan diangsur, ditunda pun tidak masalah. Namun yang penting bentuk komunikasi kepada sekolah. Saya tadi pagi-pagi sudah dimarahi bapak kepala cabang dinas. Beliau mengatakan, jika belum ada ijinkan anaknya tetap ikut ujian,” ucap Kepala SMAN Mojo.


Kembali di tengah wawancara, Kades Mlati kembali angkat bicara. “Jujur saya malu, seadanya tenaga IT di desa sudah saya pisuh-pisuhi semua. Seharusnya orang tua yang malu, bapaknya Gilang (Imam Syaifudin, red) jago ngomong namun isinya teori. Karena ada beberapa pihak dari kabupaten menghubungi saya meminta klarifikasi terkait masalah ini. Gilang itu rumahnya gandeng dengan rumah saya,” terusnya.


Terkait bentuk arogansi Kades Mlati, Camat Mojo Heru Setiawan menyampaikan akan mempertemukan semua pihak. “Ini sebenarnya masalah di SMAN Mojo ya? Lalu kenapa kades sampai melakukan hal seperti itu. Tidak harus menunjukkan merasa kenal tokoh LSM atau sejumlah media. Kami akan bantu klarifikasi kepada yang bersangkutan,” terangnya. (red.team)

© Copyright 2022 - REPORTER.WEB.ID | Jaringan Berita Reporter Hari Ini