Pada awalnya keluarga korban yang merasa terpukul atas
kejadian tersebut seiring berjalannya waktu mengaku telah mengikhlaskan
kepergian putranya dalam tragedi Kanjuruhan. Ia menganggap peristiwa ini
sebagai takdir dari yang maha kuasa kepada putranya.
“Saya selaku ayah dari korban sudah ikhlas atas apa yang
menimpa anak saya dan menyadari bahwa kejadian tersebut sudah takdir” ujar
Wiyanto kepada Media.
Yang bersangkutan menyatakan bahwa kejadian tersebut
merupakan takdir untuk putranya yang menjadi salah satu korban dari ratusan
korban tragedi kanjuruhan setelah pertandingan Arema dan Persebaya dan juga
selalu memberikan do’a supaya putranya tenang.
“
memang sudah takdir anak saya dan saya saat ini fokus
mendoakan supaya tenang”
Wiyanto Menjelaskan bahwa sebetulnya masih merasa trauma
atas tragedi yang menimpa putranya tersebut karena karena keluarganya biasa
menyaksikan Arema saat bertanding bukan pada saat melawan Persebaya saja.
“Namanya trauma pasti ada karena kakak dan adiknya sering
juga menyaksikan Arema saat bertanding” lanjutnya
Yang bersangkutan menyayangkan akan kejadian tersebut dan
berharap kejadian tersebut adalah yang terakhir kalinya dan tidak akan terulang
Kembali dan berharap tidak ada lagi sepak bola yang menimbulkan korban jiwa.
“Semoga kejadian ini adalah yang terakhir dan tidak ada lagi
korban dalam pertandingan sepakbola” ujar orang tua korban
Disisi lain dijelaskan oleh Wiyanto bahwa banyak empati yang
datang kepada keluarganya pasca kejadian tragedi Kanjuruhan Malang.
“Alhamdulillah banyak yang berempati kepada keluarga
terutama keluarga, warga sekitar, pemerintah Malang dan juga presiden yang
sampai datang ke Malang ” tambahnya.
Perkembangan sidang kanjuruhan ayah korban Septian Ragil
tersebut mengikuti tahapan persidangan yang diselenggarakan di Pengadilan
Negeri Surabaya
“Kami mendukung proses persidangan dan menyerahkan semuanya
untuk hasil yang lebih baik. Kami juga berterima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu keluarga korban dan turut mendoakan.” (red)
Social Header