Breaking News

Haru, Seorang Balita yang Masih Terlilit Tali Pusar Ibunya Ditemukan Masih Hidup Dari Puing-puing Rumah Hancur Akibat Gempa Suriah


Jindayris, reporter.com - Seorang bayi yang baru lahir berhasil dikeluarkan hidup-hidup dari puing-puing sebuah rumah yang hancur akibat gempa bumi di Suriah utara oleh keluarga besarnya. Bayi tersebut masih terikat tali pusar ke ibunya, yang meninggal dalam gempa dahsyat pada Senin lalu. 

Khalil al-Suwadi mengatakan bayi itu adalah satu-satunya yang selamat dari keluarganya, yang semuanya tewas ketika gempa berkekuatan 7,8 skala Richter melanda Suriah dan tetangganya Turki meratakan rumah keluarga di kota Jindayris yang dikuasai pemberontak. 

"Kami mendengar suara saat sedang menggali," kata Suwadi kepada AFP.

"Kami membersihkan debu dan menemukan bayi dengan tali pusar (utuh) jadi kami memotongnya dan sepupu saya membawanya ke rumah sakit," imbuhnya, Rabu (8/2/2023).

Video penyelamatan bayi itu viral di media sosial. 

Rekaman itu menunjukkan seorang pria berlari dari puing-puing bangunan empat lantai yang runtuh sambil menggendong bayi mungil yang tertutup debu.

Pria kedua berlari ke arah pria pertama membawa selimut untuk mencoba menghangatkan bayi yang baru lahir itu di suhu di bawah nol derajat, sementara pria ketiga berteriak meminta mobil untuk membawanya ke rumah sakit.

Bayi itu dibawa untuk dirawat di kota terdekat Afrin, sementara anggota keluarga menghabiskan beberapa jam berikutnya untuk mengeluarkan jenazah ayahnya Abdullah, sang ibu Afraa, empat saudara kandung sang bayi dan seorang bibi. 

Jenazah mereka dibaringkan di lantai rumah kerabat yang berdekatan menjelang pemakaman bersama yang diadakan pada hari Selasa waktu setempat.

Di ruangan remang-remang, Suwadi menatap mayat-mayat tak bernyawa itu dan mencatat nama-nama mereka.

"Kami mengungsi dari (kota timur yang dikuasai pemerintah) Deir Ezzor. Abdullah adalah sepupu saya dan saya menikah dengan saudara perempuannya," tuturnya.

Di dalam inkubator di rumah sakit di Afrin, bayi yang baru lahir itu dihubungkan ke infus, tubuhnya terluka, dan perban melilit di tangan kirinya. 

Dahi dan jari-jarinya masih membiru karena kedinginan saat dokter anak Hani Maarouf memantau bagian vitalnya.

"Dia sekarang stabil," kata Maarouf tetapi mencatat bahwa dia tiba dalam kondisi buruk.

"Dia mengalami beberapa memar dan luka di sekujur tubuhnya," katanya kepada AFP.

"Dia juga datang dengan hipotermia karena cuaca yang sangat dingin. Kami harus menghangatkannya dan memberikan kalsium," sambungnya.

Seorang koresponden AFP melaporkan rumah keluarga itu adalah salah satu dari sekitar 50 rumah di Jindayris yang rata dengan tanah akibat gempa.

Di seluruh Suriah, kata pihak berwenang, lebih dari 1.600 orang tewas, selain lebih dari 3.400 tewas di Turki.

Kota-kota yang dikuasai pemberontak mencatat sekitar 800 orang tewas. 

Jindayris direbut Turki dan proksi pemberontak Suriahnya dalam serangan tahun 2018 yang mengusir pasukan Kurdi dari wilayah Afrin. 

Terputus dari wilayah yang dikuasai pemerintah, wilayah ini sangat bergantung pada bantuan dari Turki dan kekurangan tenaga ahli atau sumber daya manusia untuk melakukan tanggap darurat yang efektif sendiri.

Dengan LSM Turki disibukkan dengan upaya penyelamatan melintasi perbatasan, pencarian korban selamat di kota-kota Suriah seperti Jindayris telah ditunda.

Menurut kelompok penyelamat White Helmets, yang beroperasi di daerah yang dikuasai pemberontak di Suriah, lebih dari 210 bangunan telah rata dengan tanah di daerah tersebut.

Menurut White Helmets, 520 lainnya sebagian hancur, sementara ribuan lainnya rusak. 

"Kami mengimbau semua organisasi kemanusiaan dan badan internasional untuk memberikan dukungan dan bantuan material," kata White Helmets di Twitter. 

"Waktu hampir habis. Ratusan orang masih terperangkap di bawah reruntuhan. Setiap detik bisa berarti menyelamatkan hidup," demikian imbauan White Helmets. (red.bs)

© Copyright 2022 - REPORTER.WEB.ID | Jaringan Berita Reporter Hari Ini